HIBRIDISASI ORBITAL
Hibridisasi
adalah konsep pencampuran orbital atom menjadi orbital hibrida yang sesuia
dengan pasangan elektron untuk membentuk ikatan kimia. Orbital hibrida biasanya
mempunyai perbedaan energi dan bentuk. Hibridisasi berguna untuk menjelaskan
struktur molekuler ketika teori ikatan valensi gagal untuk menjelaskan.
Pembentukan ikatan dalam senyawa harus sesuai
dengan aturan hibridisasi yaitu :
1.
Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi sama atau hampir sama,
2.
Orbital hybrid yang terbentuk sama banyaknya dengan orbital yang bergabung,
3.
Dalam hibridisasi yang bergabung adalah orbital bukan elektron.
JENIS-JENIS HIBRIDISASI
Disini kita membahas 3 jenis hibridisasi yaitu :
1. Hibridisasi sp3
Dalam hibridisasi sp3,
orbital 2s digabung dengan ketiga orbital 2p untuk memberikan empat set orbital
hibrida sp3. (Jumlah orbital
hibrida harus sama dengan jumlah orbital awal atom yang digunakan untuk
penggabungan.) Orbital hibrida masing-masing akan memiliki energi yang sama
tetapi akan berbeda dengan energi dari orbital atom awalnya. Perbedaan energi
akan mencerminkan pencampuran masing orbital atom. Energi dari setiap orbital
hibrida lebih besar dari orbital awalnya tetapi kurang dari orbital p awal.
Atom nitrogen, oksigen
dan klor dalam struktur organik juga dapat membentuk hibridisasi sp3.
Nitrogen memiliki lima elektron valensi di lapisan kedua. Setelah hibridisasi,
akan memiliki tiga setengah penuh orbital sp3 dan dapat
membentuk tiga ikatan. Oksigen memiliki enam elektron valensi. Setelah
hibridisasi, akan memiliki dua setengah penuh orbital sp3 dan
akan membentuk dua ikatan. Klor memiliki tujuh elektron valensi. Setelah
hibridisasi, akan memiliki satu setengah penuh orbital sp3 dan
akan membentuk satu ikatan.
Keempat orbital sp3 untuk
ketiga atom membentuk susunan tetrahedral dengan satu atau lebih orbital yang
ditempati oleh pasangan elektron tunggal. Mengingat atom saja, nitrogen
membentuk bentuk piramida dimana sudut ikatan yang sedikit kurang dari 109.5o (c.
107o) (lihat gambar a dibawah). Ini kompresi dari sudut
ikatan karena orbital yang mengandung pasangan electron tunggal, yang menuntut
jumlah ruang yang sedikit lebih besar daripada sebuah ikatan. Oksigen membentuk
bentuk miring atau bengkok dimana dua pasang elektron tunggal memampatkan sudut
ikatan dari 109.5o untuk c. 104o (lihat gambar b dibawah).
Alkohol, amina, alkil
halida, dan eter semuanya mengandung ikatan sigma yang melibatkan nitrogen,
oksigen, atau klorin. Ikatan antara atom-atom karbon dibentuk oleh tumpang
tindih setengah penuh orbital hibridisasi sp3 dari setiap atom.
Ikatan yang melibatkan atom hidrogen (misalnya O-H dan N-H) dibentuk oleh
tumpang tindih dari setengan penuh orbital 1s dari hidrogen dan setengah penuh
orbital sp3 dari oksigen atau nitrogen.
Gambar. (a) Geometri nitrogen hibridisasi sp3,
(b) geometri oksigen hibridisasi sp3.
2. Hibridisasi sp2
Dalam hibridisasi sp2,
orbital s digabung dengan dua orbital 2p (misalnya 2px dan 2pz) untuk
memberikan tiga energi orbital hibridisasi sp2 yang
sama. Orbital 2py tersisa tidak terpengaruh. Energi dari setiap orbital
hibridisasi lebih besar dari orbital s awal tetapi kurang dari
orbital p awal. Yang tersisa orbital 2p (dalam hal iniorbital 2py) tetap
pada tingkat energi semula.
Teori yang sama
menjelaskan ikatan dalam gugus karbonil (C=O) di mana kedua atom
karbon dan oksigen adalah hibridisasi sp2. Diagram tingkat
energi berikut (gambar 1) menunjukkan bagaimana elektron
valensi oksigen disusun setelah hibridisasi sp2. Dua dari orbital
hibridisasi sp2 dipenuhi dengan pasangan dari elektrontunggal, yang
meninggalkan dua setengah penuh orbital tersedia untuk ikatan. Orbital sp2 dapat
digunakan untuk membentuk ikatan σ kuat, sementara orbital 2py dapat digunakan
untuk ikatan π lemah. Gambar (2) menunjukkan
bagaimana ikatan σ dan π terbentuk dalam gugus karbonil dan
menjelaskan mengapa gugus karbonil adalah planar dengan atom
karbon memiliki bentuk trigonal planar. Ini juga menjelaskan reaktivitas
kelompok karbonil karena ikatan π adalahn ikat lebih lemah dari
ikatan σ dan lebih mungkin untuk menjadi terlibat dalam reaksi.
gambar (1) Diagram level energy pada hibridisasi oksigen
gambar (2) (a) Formasi ikatan σ karbonil; (b) Formasi
ikatan π karbonil
3. Hibridisasi sp
Hibridisasi
sp dapat digunakan untuk menjelaskan molekul linier. Orbital 2s dan satu
orbital 2p melakukan hibridisasi membentuk dua orbital sp, masing-masing
terdiri dari 50% karakter p dan 50% karakter s. Misalnya alkuna yang mempunyai
ikatan rangkap tiga.
IKATAN
RANGKAP TERKONJUGASI
Ikatan rangkap terkonjugasi merupakan ikatan antar atom karbon atau yang
terjadi pada senyawa organik yang secara kovalen ikatan atar atomnya merupakan
ikatan rangkap dua dan tunggal bergantian, dimana terjadinya delokalisasi
elektron agar tingkat energinya lebih stabil atau bias disebut dengan
stabilisasi struktur. Ikatan rangkap konjugasi bisa di sebut
juga ikatan rangkap selang seling dengan ikatan tunggal atau disebut juga
elektronnya dapat berpindah-pindah (terdelokalisasi). Sistem konjugasi secara
umumnya akan menyebabkan delokalisasi elektron di
sepanjang orbital p yang paralel satu dengan sama lainnya. Hal ini akan
meningkatkan stabilitas dan menurunkan energi molekul secara
keseluruhan. Pengaturan kembali electron melalui orbital π, terutama dalam
system konjugasi atau senyawa organic yang atom-atomnya secara kovalen
berikatan tunggal dan ganda secara bergantian (C=C-C=C-C) dan mempengaruhi satu
sama lainnya membentuk daerah delokalisasi electron disebut dengan konjugasi.
Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom,
melainkan milik keseluruhan system konjugasi ini.
BENZENA DAN RESONANSI
Benzena merupakan sikloheksena yaitu senyawa siklik yang memiliki ikatan rangkap dua aromatik dengan rumus struktur C6H12. Benzena dilambangkan dalam dua bentuk, yang pertama adalah struktur Kekulé dan yang lainnya adalah heksagon dengan lingkaran di dalamnya untuk menggambarkan adanya resonansi ikatan ʋ atau distribusi elektron yang tersebar merata didalam cincin benzena. Sedangkan, Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion
poli atomic tertentu dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu truktur
Lewis. Struktur molekul atau ion yang mempunyai delokalisasi elektron disebut
dengan struktur resonan. Dan ini telah menjelaskan bahwa mengapa benzene sulit
untuk di lakukan pemutusan ikatannya.
MEKANISME GUGUS PENGARAH ORTO, PARA, DAN META
1. Gugus Pengarah Orto, Para (Aktivator) Gugus
pada cincin akan mengarahkan substituen yang baru masuk pada posisi orto, para
atau meta sesuai dengan gugus mulanya. Gugus mula tersebut yang disebut sebagai
penentu orientasi. Gugus yang merupakan activator kuat adalah gugus pengarah
orto, para (adisi elektrofilik mengambil tempat pada posisi orto dan para
bergantung pada activator). Orientasi ini terutama disebabkan oleh kemampuan
substituen pengaktif kuat untuk melepaskan elektron (gugus amino dan gugus
hidoksil merupakan gugus activator yang baik). Pada turunan senyawa
aromatik yang lain seperti pada anilina juga termasuk sebagai activator, yaitu
gugus pengarah orto, para. Akibat stabilisasi resonansi anilina ialah
bahwa cincin menjadi negative sebagian dan sangat menarik bagi elektrofilik
yang masuk. Semua posisi orto, meta, dan para pada cincin anilina teraktifkan
terhadap substitusi elektrofilik, namun posisi orto, para lebih teraktifkan
dari pada posisi meta. Struktur resonansi terpaparkan di atas menunjukkan bahwa
posisi-posisi orto dan para mengemban muatan negative parsial, sedangkan posisi
meta tidak. Gugus amino dalam anilina mengaktifkan cincin benzena terhadap
substitusi sedemikian jauh sehingga tidak perlu katalis asam Lewis, dan sangat
sukar untuk memperoleh monobromoanilina. Anilina beraksi dengan cepat membentuk
2,4,6-tribromoanilina (kedua posisi orto dan posisi para
terbrominasikan). Jadi dapat disimpulkan bahwa semua gugus dengan elektron
bebas pada atom yang melekat pada cincin ialah pengarah orto dan para.
2. Gugus Pengarah Meta Suatu pengarah meta mempunyai atom bermuatan positif atau sebagian positif yang terikat pada cincin benzena. Dalam reaksi nitrobenzena, gugus nitronya tidak menambah kesetabilan intermedietnya. Malahan intermediet substitusi orto, atau para dan keadaan transisinya kurang stabil (karena energy yang tinggi), karena sebuah struktur resonansi mengandung muatan positif pada atom berdekatan. Oleh karena itu, substitusi terjadi lebih banyak pada tempat meta, sebab keadaan transisi dan intermediatnya pada tempat yang berdekatan mengandung muatan positif. Dalam hal ini, atom yang langsung melekat pada cincin benzena akan membawa muatan positif parsial seperti nitrogen pada gugus nitro. Semua gugus yang serupa itu akan menjadi pengarah meta karena alasan yang sama seperti gugus nitro yang bersifat meta, untuk menghindari adanya dua muatan positif yang bersebelahan dalam ion benzenonium intermedietnya. Dapat disimpulkan semua gugus dengan atom yang langsung melekat pada cincin aromatik bermuatan positif atau merupakan bagian dari ikatan majemuk dengan unsure yang lebih elektronegatif ialah pengarah meta.
Assalamualaikum..
BalasHapusSaya hanya ingin menambahkan dari Sumber yang saya baca yaitu Benzena yang mulanya telah tersubtitusi dapat mengalami subtitsi kedua dan menghasilkan disubtitusi benzene. Dari struktur subtitusi pertama ini dapat menentukan tempat dari subtitusi keduanya. Misalkan saja, dalam TNT (trinitrotoluene) pada cincin benzena terdapat suatu gugus metil yang mengarahkan subtitusi ke wilayah orto atau para. Sedangkan gugus nitro dapat mengarahkan subtitusi ke wilayah meta. Semua pengarah orto dan para merupakan pendonor elektron, yang dapat terjadi Karen resonansi maupun induksi. Pengarah meta mempunyai atom bermuatan positif atau sebagian positif yang terikat pada cincin benzena.
Waalaikumsalam Warahmatullah diyah^^
HapusAlhamdulillah, terima kasih atas tambahannya diyah, semoga bisa bermanfaat bagi yang membuka artikel ini^^
assalamualaikum anisa saya rini akan sedikit menambhkan materi
BalasHapusIsomer geometri Cis dan Trans
Isomer geometri terbagi menjadi dua yakni Cis dan Trans. Bila subtituen terletak pada bidang yang sama maka disebut cis, sedangkan trans bila subtituen terletak pada bidang yang bersebrangan. Struktur trans lebih stabil dibandingkan dengan cis karena makin besar halangan sterik maka energinya makin besar inilah yang terjadi pada struktur cis.
contoh cis-2-butena dan trans-2-butena
Cis-2-butena lebih labil dibandingkan dengan trans-2-butena, sifat fisisnya pun berbeda, titik didih pada struktur trans ini lebih rendah dibandingkan dengan struktur cis karena kerapatan atau kebolehjadian menemukan elektron cis-2-butena yang lebih tinggi dibandingkan trans-2-butena. Sedangkan titik lebur cis-2-butena lebih rendah dari pada trans-2-butena, sehingga cis-2-butena lebih cepat melebur karena halangan steriknya lebih besar.
Waalaikumsalam Warahmatullah kak rini^^
HapusAlhamdulillah, terima kasih atas tambahannya, semoga bisa bermanfaat bagi yang membuka artikel ini^^
assalamuallaikum anisa ...
BalasHapussaya ingin bertanya Apa yang menyebabkan orientasi gugus pengarah orto, para di dalam adisi elektofilik mengambil tempat pada posisi orto dan para bergantung pada aktivator?
Assalamu'alaikum Warahmatullah
BalasHapusdapatkah anda menjelaskan bagaimana contoh teori domain elektron yang dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul?
Waalaikumsalam Warahmatullah Rahmat^^
BalasHapusMenurut saya Orientasi ini terutama disebabkan oleh kemampuan substituen pengaktif kuat untuk melepaskan elektron (gugus amino dan gugus hidoksil merupakan gugus activator yang baik). Pada turunan senyawa aromatik yang lain seperti pada anilina juga termasuk sebagai activator, yaitu gugus pengarah orto, para. Akibat stabilisasi resonansi anilina ialah bahwa cincin menjadi negative sebagian dan sangat menarik bagi elektrofilik yang masuk. Semua posisi orto, meta, dan para pada cincin anilina teraktifkan terhadap substitusi elektrofilik, namun posisi orto, para lebih teraktifkan dari pada posisi meta. Struktur resonansi terpaparkan di atas menunjukkan bahwa posisi-posisi orto dan para mengemban muatan negative parsial, sedangkan posisi meta tidak. Gugus amino dalam anilina mengaktifkan cincin benzena terhadap substitusi sedemikian jauh sehingga tidak perlu katalis asam Lewis, dan sangat sukar untuk memperoleh monobromoanilina. Anilina beraksi dengan cepat membentuk 2,4,6-tribromoanilina (kedua posisi orto dan posisi para terbrominasikan). Jadi dapat disimpulkan bahwa semua gugus dengan elektron bebas pada atom yang melekat pada cincin ialah pengarah orto dan para.
Waalaikumsalam Warahmatullah Ultha Windara^^
BalasHapusSaya akan mencoba menjawabnya, contoh teori domain elektron meramalkan molekul adalah molekul metana (CH4) berbentuk tetrahedron dengan 4 ikatan C-H yang ekuivalen dan fakta eksperimen juga sesuai dengan ramalan tersebut.Pada tingkat dasar, atom C (nomor atom = 6) mempunyai konfigurasi elektron.Dengan konfigurasi elektron seperti itu, atom C hanya dapat membentuk 2 ikatan kovalen (ingat, hanya elektron tunggal yang dapat dipasangkan untuk membentuk ikatan kovalen). Oleh karena ternyata C membentuk 4 ikatan kovalen, dapat dianggap bahwa 1 elektron dari orbital 2s dipromosikan ke orbital 2p, sehingga C mempunyai 4 elektron tunggal.
Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekuivalen dengan satu pada satu orbital 2s dan tiga pada orbital 2p, sehingga tidak dapat menjelaskan penyebab C pada CH4 dapat membentuk 4 ikatan ekuivalen yang equivalen. Untuk menjelaskan hal ini, maka dikatakan bahwa ketika atom karbon membentuk ikatan kovalen dengan H membentuk CH4, orbital 2s dan ketiga orbital 2p mengalami hibridisasi membentuk 4 orbital yang setingkat. Orbital hibridanya ditandai dengan sp3 (peletakan angka tiga merupakan pangkat dari sp) untuk menyatakan asalnya, yaitu satu orbital s dan 3 orbital p.